Kamis, 20 Agustus 2015

REVIEW 16 : CRITICAL ELEVEN

Judul : CRITICAL ELEVEN


Author : Ika Natassa


Tahun terbit : 2015


Halaman : 344 hal


Penerbit : Gramedia


 


Entah sejak kapan saya mencintai buku-buku Ika Natassa, bahasanya ringan dan informatif. Ia bisa membawa pembacanya untuk ikut larut dalam cerita dan penokohannya sangat detail.


Ale dan Anya dipertemukan dalam pertemukan yang tidak disengaja di pesawat. Obrolan yang berlangsung beberapa jam sangat membekas diantara keduanya. Aldebaran Risjad, seorang engineering, yang berliburan ke Sydney, terkesima saat Tanya Baskoro membantu seorang kakek mengangkat koper saat di bandara.


Ale dan Anya akhirnya berpacaran dan menikah. Bandara menjadi tempat yang bersejarah buat Anya, karena disanalah ia menemukan belahan yang dicintainya sekaligus dibencinya. Anya yang dulunya sangat merasa dicintai oleh Ale, sekarang benar-benar membenci dan ingin melupakan Ale.




Ale dan Anya beberapa kali harus melakukan LDR-an karena pekerjaan Ale sebagai teknisi pengeboran minyak di New York. Saat libur 1 bulan, Ale mamanfaatkan waktunya untuk quality time bersama istri dan keluarga besarnya. Daaaan, for your information, si Ale ini adalah kakak kandung Harris Risjad, ahaha. Remember? Di novel ini juga dibahas sedikit tentang Harris yang akhirnya (akan) bertunangan sama Keara—cintanya Harris di Antologi Rasa.


Pernikahan tidak selalu berjalan mulus, pasti akan ada kerikil-kerikil sebagai ujian agar setiap pasangan lulus. Dalam rumah tangga Anya dan Ale pun demikian. Pernikahan mereka guncang sejak baby boy mereka—Adian meninggal.


Di tengah kesedihan tersebut, Ale melakukan kekhilafan yang harus dibayar dengan mahal, dimana sejak saat itu Anya sangat membenci dia. Hebatnya, keduanya bisa menyembunyikan konflik tersebut dari kedua keluarga besar. Mereka bersikap biasa dan wajar, saat berkumpul dengan keluarga.


Hanya Papanya Ale yang peka dengan kondisi rumah tangga Ale yang bermasalah dan menasehati Ale untuk tetap bersabar membujuk Anya agar mau menerimanya kembali. Ale hampir frustasi meminta maaf kepada Anya yang tetap dingin. Akhirnya, saat moment ulang tahun Ale, Anya disuruh untuk pura-pura minggat dari rumah oleh Harris—ini skrnario Harris untuk memberikan surprise untuk Ale.


Ale pias saat mengetahui Anya mengemas baju dan pergi. Ia mencari kemana-mana. Saat Harris menyuruhnya untuk datang ke suatu tempat, disana telah lengkap keluarga besar dan adik-adiknya untuk memberikan kejutan ulang tahun. Ale mencari Anya di seluruh ruangan tetap tidak ada, ia hanya diam dan tidak bertanya apapun kepada keluarganya karena merek tidak tahu mengenai konflik yang dialaminya.


Di pertengahan acara, Anya hadir dan mengucapkan selamat kepada Ale. Ale baru saja tahu kalau minggatnya Anya hanya skenario, tetapi hal tersebut benar-benar membuatnya blingsatan. Di acara tersebut, Anya mencoba bersikap biasa, foto-foto, membaur dengan yang lainnya.


Cinta selalu memiliki caranya untuk kembali. Ika Natassa mengemas konflik dengan sangat apik. Adegan sex antara Ale dan Anya-pun disajikan secara menawan dan tidak berlebihan. Bagaimana Ale bisa meyakinkan Anya untuk kembali ke pelukannya? Dan kalian penggemar Metropop, wajib baca ini.


Tidak hanya itu, Ika Natassa mampu menjual buku cantik yang bertaburan angka 11 ini sebanyak 1111 dalam waktu 11 menit doang. Brengseque banget ya pinternya :*

Kamis, 21 Mei 2015

Review 15 : Mata yang Enak Dipandang

Novel ini berisi 15 cerpen terbaik karangan Ahmad Tohari. Meskipun saya sulit membedakan mana yang paling baik diantara 15 tersebut, karena menurut saya hampir semua karangan dari Ahmad Tohari sangat menawan. Bahasanya yang enak dan biasanyanya karangan beliau diangkat dari kejadian sehari-hari masyarakat (kecil).
Contohanya, mata yang enak dipandang, sebagaimana dari judul buku ini. Cerita ini bertutur mengenai pengemis di sekitar stasiun—Mirta dan Tarsa. Mirta yang buta biasanya dituntun oleh Tirsa untuk meminta di gerbong-gerbong. Penulis menceritakan realita kehidupan bahwa ada beberapa mata yang enak dipandang yang direpresentasikan oleh penumpang yang selalu memberikan uang kepada pengemis dengan wajah yang cerah. Ada juga yang pura-pura tidak melihat. Ciamik bahasanya.
Kedua, Bila Jebris ada di Rumah Kami. Bercerita tentang Jebris yang digambarkan sebagai seorang pelacur karena kondisi ekonomi yang menghimpitnya. Sar, yang menjadi temannya sejak berada di sekolah rakyat merasa iba padanya. Sering kali Sar membawakan rantang makan untuk Jebris. Sar mengeluhkan tabiat Jebris yang mulai menjajakan diri di rumah yang letaknya dekat dengan Sar. Sar mengeluh kepada Kang Ratib, karena ia merasa was-was bersebelahan dengan Jebris, takut jauh dari keberkahan.
Cerita penipu yang keempat semakin meneguhkan keyakinan saya bahwa Penulis sangat jeli dan detail mengamati keadaan sekitar. Seorang penipu yang dapat menjelma menjadi siapa saja, sehingga membuat kita tidak dapat membedakan apakah itu sungguhan atau pura-pura. Perempuan yang nampak sholeh mengetuk pintu rumah, membawa kertas  dan menceritakan bahwa ia sedang mencari sumbangan untuk amal. Di sisi lain, ada juga yang mengaku tersesat di jalan dan kehabisan uang, meminta beberapa lembar uang untuk ongkos pulang. Lalu apakah mereka sungguhan? Atau benar-benar menipu?
Buku ini ditutup dengan cerpen yang berjudul “Bulan Kuning sudah Tenggelam”. Ceritanya lebih panjang dari judul-judul sebelumnya. Penulis menggambarkan konflik sosial dengan penokohan kuat. Yuning yang merupakan anak angkat dari pasangan ningrat yang tidak dikaruniai anak. Meskipun begitu, ayah dan ibunya sangat mencintai dan menyekolahkannya hingga perguruan tinggi. Konflik dimulai, saat Yuning menikah dengan Koswara. Ayahnya meminta Yuning dan suaminya untuk tetap tinggal bersamanya. Namun, Koswara menolak dengan dalih ingin mandiri dan mengurus peternakan babinya. Bagaimana akhir konflik Yuning dan Ayahnya? Kalian bisa membaca runutan ceritanya hingga tersihir oleh diksi yang dirangkai Penulis.
Two thumbs up!

Judul                :  Mata yang Enak Dipandang
Author             : Ahmad Thohari
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Halaman          : 216
ISBN                 : 978 – 602 – 03 -0045-0


Jumat, 15 Mei 2015

Review 14 : Reasons

Adelline, sosok gadis dari keluarga sederhana yang berjuang untuk impiannya. Ibunya yang sempat melarang karena lebih menginginkan putri semata wayangnya untuk bekerja, tidak menyurutkan tekatnya untuk mengenyam pendidikan di Universitas impiannya. Ada salah satu lomba Karya Tulis yang hadiahnya adalah kuliah gratis di Universitas Indonesia dan Adeline tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Amber, cantik, pintar dan dikenal di sekolahnya. Ia mendapat tekanan dan selalu dibanding-bandingkan dengan sang kakak yang bernama Abimantra. Amber juga berambisi menjadi pemenang lomba karya tulis untuk mendapatkan tiket masuk ke Universitas Indonesia.

Amber tidak rela saat mengetahui bahwa ia kalah dari Adeline. Amber dan Marina menyebarkan isu-isu yang menyudutkan Adeline, sehingga hampir seluruh teman-temannya memusuhi Adeline karena termakan fitnah yang dibuat oleh Amber. Mulai dari menuduh Adeline penjilat, pencuri bahkan menyebarkan bahwa ibu Adeline sakit jiwa karena ditinggal ayahnya meninggal. Hanya Rani yang tetap menjadi sahabat Adeline.

Adeline bertemu sosok Sigit di tempat peminjaman buku, di mana Adeline menjadi petugasnya. Dari pertemuan itu, terjadi pertemuan-pertemuan selanjutnya yang membuat mereka berdua menjadi sahabat baik.

Penulis membuat konflik yang sederhana, tetapi saya bisa menebak ending nya seperti apa. Konflik antara Adeline dan Amber berlanjut hingga mereka kuliah. Ada peristiwa dimana Abimantra suka dengan Adeline. Ditambah keduanya menyukai hal yang sama, Star Trek. Di sisi lain, Penulis juga tidak kalah seru mempertemukan Sigit dan Amber secara tidak sengaja.

Akankah cinta Abimantra dibalas oleh Amber? Ataukah Sigit yang memenangkannya? Apakah pada akhirnya Adeline dan Amber bisa berdamai? Selamat mambaca :)

There is some good in this world and it’s worth fighting for – J.R.R Tolkins, The Two Towers

Judul                  :  Reasons
Author               :  Aaditia Yudis
Penerbit             :  Teen Noura
Halaman           : 332
ISBN                 : 978 – 602 – 7816 -411-1


Senin, 13 April 2015

Happy Anniversary BBI yang Ke – 4


Ikut BBI sebenernya udah dari tahun lalu, tetapi baru lumayan eksis tahun ini. Dulu ikut BBI juga karena tersihir oleh beberapa member BBI yang keren banget review tentang buku. Banyak hal yang positif setelah ikut komunitas ini, antara lain :
  1. Biasa beli buku bekas yang dijual oleh member BBI pada saat clearance books
  2. Banyak wawasan tentang bagaimana cara mengulas buku yang bagus
  3. Banyak teman meskipun belum pernah kopdar
  4. Referensi buku yang dibaca bertambah
Ada banyak banget pokoknya :D

Semoga BBI semakin jaya. Menjadi wadah bagi para reviewer buku, sehingga dapat membantu yang lain mendapat informasi tentang isi buku tersebut. Meskipun belum bisa konsisten, hanya menjadi pembaca sesekali mereview, saya bangga menjadi bagian darinya. Amin

Cheers!

Minggu, 12 April 2015

Review 13 : DIVORTIARE

Author          : Ika Natassa
Cetakan        : 2008
Penerbit        : Gramedia
Halaman       : 288 hlm
Bintang         : 4 of 5

Alexandra, seorang banker cantik, smart dan memiliki karier yang cemerlang di Border Bank. Sayangnya, karirnya tidak semulus dengan kisah cintanya. Rumah tangganya bersama Beno Wicaksono harus berakhir dengan perceraian di tahun perkawinan mereka yang ke-2.

Beno, Dokter bedah yang tampan dan bisa membuat Alexandra uring-uringan. Meskipun sudah bercerai, keduanya sering bertemu dalam beberapa kesempatan dan hampir selalu bertengkar. Alexandra menyimpan rasa benci yang mendalam kepada Beno karena ia beranggapan bahwa Beno yang selalu memprioritaskan profesinya dibanding dengan rumah tangganya.

Dalam kisah mereka berdua, ada Wina dan Riza. Wina adalah sahabta Alexandra yang merupakan pacar dari Riza—seorang dokter bedah dan berteman dengan Beno. Jadi ceritanya hanya berputar pada satu sumbu dengan cabang-cabang cerita lain yang hidup.

Kebencian Alexandra adalah akibat dari perasaan cintanya terhadap Beno. Sehingga Alex seringkali kecewa, menangis dan senewen jika berhadapan dengan Beno. Di pertengahan cerita, ada sosok Deni yang menjadi teman dekat Alexandra. Lelaki itu juga seorang banker.

Kedekatan Deni dan Alex, selain karena profesi mereka yang sama, tetapi mereka berdua saling membutuhkan. Deni merasa nyaman dengan Alex, dan sebaliknya. Namun, pada akhirnya, Alexandra tidak jadi dengan Deni meskipun keduanya sempat bertunangan.

Honestly, bahasa Ika Natassa mengalir. Konflik yang diciptakannya begitu hidup dan saya dibuat greget dalam alur cerita tersebut. Alexandra dan Beno mampu menjadi magnet untuk tetap membaca novel ini sampai habis.

Ada beberapa informasi tentang fashion yang dimasukkan dalam cerita ini yang dapat menjadi wawasan tambahan pembacanya. Meskipun ada bahasa-bahasa yang sedikit nakal, saya merasa nyaman, padahal sebelumnya saya tidak menyukai gaya bahasa yang “nakal” tersebut :p

Dan kisah Alex dan Beno masih berlanjut di buku selanjutnya. Can’t wait to read the next chapter about their intrict love.


Review 12 : BULAN

Author                 : Tere Liye
Cetakan               : KETIGA, Maret 2015
Penerbit               : Gramedia
Halaman              : 396 hlm
Bintang                : 3 of 5

Dududu, buku ini di Bulan Maret udah di cetakan ketiga aja. Ini buku serial kedua dari Tere Liye—sekuel pertamanya berjudul Bumi. Mau review ini karena masih fresh selesai bacanya.

Peran sentralnya masih Raib, Seli dan Ali. Tidak jauh dari cerita sebelumnya yang menghadirkan setting perang antara Raib, Seli dan Ali melawan musuhnya yang bernama Tamus. Di novel Bulan juga mengisahkan perang yang lebih seru. Ketiga sahabat itu ditambah Ily harus mengikuti event mencari lomba matahari yang mekar pertama kali di klan Matahari. Mereka bersaing dengan 9 kelompok lainnya yang terlatih dalam peperangan.

Miss Selena kembali ke bumi untuk menjemput ketiga anak itu pergi ke klan Matahari. Dalam proses penjemputan itu, terkuak pula cerita bahwa ibu Seli juga berasal dari Klan Matahari yang memiliki kekuatan petir dan sesekali digunakan dalam proses bedah, mama Seli adalah Dokter Spesialis bedah.

Av dan Miss Selena akhirnya membawa Raib, Seli dan Ali untuk berdiplomasi dengan tetua Klan Matahari untuk melawan Pangeran tanpa mahkota yang masih terpenjara di penjara bawah bayangan. Untuk membuka klan pararel itu, Raib membuka buku matematika lusuhnya. Ternyata sesampai di klan matahari, ada festival yang terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing ada 4 orang terlatih untuk menemukan bunga matahari yang mekar pertama kali.

Tanpa diberitahu sebelumnya, Raib, Seli dan Ali ditambah Ily menjadi kelompok ke 10. Awalnya Raib ragu untuk ikut, karena festival tersebut sangat berbahaya. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Karena apabila ia menolak, maka diplomasi Av dan Miss Selena dengan Fala (namanya ada 3 sukukata yang aneh, cuma aku lupa :p) akan gagal.

Ada beberapa clue yang harus dipecahkan. Untuk menemukan matahari yang mekar pertama kali. Ada ladang perdu yang gersang dengan banyak lebah. Disitu, mereka berempat bertemu dengan Hana yang memiliki ternak lebah. Wanita itu memberikan penginapan dan perbekalan. Ada cerita menarik yang nantinya akan menjadi kunci keseluruhan cerita di novel ini.

Mereka juga harus menyeberangi danau luas. Ada seorang kakek tua bernama Nena. Untuk menyeberang danau tersebut, Nena memberikan tiga teka-teki yang harus dijawab. Di titik ini, Tere Liye jagonya menyelipkan quote-quote nya. Iya, mereka berempat dapat menyeberang tanpa membayar sepeser pun, lagian mereka juga gak punya uang :D.

Sesampainya di ujung danau, mereka dikenalkan dengan Mena, anak dari Nena. Lagi-lagi, sebenarnya namanya ada 3 suku kata, tetapi aku susyaaah sekali mengejanya. Nena yang nantinya membantu membawa merek ke danau teluk jauh, tempat dimana clue selanjutnya.
Bunga matahari akan mekar di hari ke 9. Raib mampu memecahkan clue dan menerabas rintangan dengan keberaniannya. Clue terakhir, mereka mengalami kesulitan yang tidak kalah menegangkan. Gunung yang menjulang tinggi merintangi langkah mereka.

Di akhir cerita, mereka sempat terkecoh untuk dengan clue yang dipecahkan. Semula mereka kembali ke Kota Ilios. Hampir tiba di kota Ilios, mereka sadar bahwa bunga matahari tidak akan mekar disana melainkan di tempat peternakan lebah milik Hana

Kontingen Salamander yang licik telah sampai terlebih dahulu di rumah Hana. Raib yang mengetahui itu, merasa bahwa kelompoknya telah kalah. Saat kapten dari kelompok Salamander akan memetik bunga matahari tersebut, Fala sang ketua klan matahari muncul dan mencegahnya. Ternyata Fala sangat licik. Ia telah memiliki rencana agar Raib yang memiliki hati yang tulus dan tidak berambisi kekuasaan yang memetik bunga itu. Peperangan pun pecah.

Tere Liye memberikan alur dan ilustrasi yang apik dalam cerita fantasi ini.



Minggu, 22 Februari 2015

Review 11 - Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin

*Diambil dari kalimat anonymous The falling leaf doesn’t hate the wind yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi

Author          : Tere Liye
Cetakan        : ketiga, Maret 2011
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
ISBN             : 978-979-22-5780-9
Halaman        : 264 hlm
Bintang         : 4 of 5


“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkann dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih menyakitkan”

Sudah lama ingin mereview buku ini, baru kesampaian. Gemas dan membekas setelah membacanya - meskipun berulangkali. Tabiat Tere Liye memang begitu, selalu bisa membuat pembacanya terhanyut oleh cerita dan plot di dalam karangannya. Bahkan tidak jarang saya menangis saat membaca quote yang ia selipkan.

Tere Liye meramu ralita ke dalam cerita fiksi dengan brilian sehingga pembaca bertanya “ini true story” bukan sih? Tania, gadis berkepang dua, bersama adik dan ibunya mengamen di jalanan, bis ke bis. Mereka bertemu dengan Danar yang dikisahkan baik hati dan menjadi sosok sentral dalam novel ini.

Danar membantu Tania dan Dede bersekolah, membelikan mereka berdua buku-buku, krayon dan tas. Selain itu, ia juga membantu mencarikan kontrakan layak huni untuk mereka. Karena kebaikannya, entah kapan perasaan Tania mulai tumbuh. Benih itu kian hari kian subur dan Tania menutup rapat-rapat dari semua orang, termasuk  rasa cemburunya terhadap Ratna, teman Danar yang kadang menemaninya berkunjung ke kontrakan Tania.

Beberapa waktu kemudian, ibu Tania meninggal. Tania dan Dede manjadi yatim piatu.

Selepas ibunya meninggal, Tania ikut beasiswa untuk sekolah SMP di Singapura. Ia diterima. “Kau anak yang bisa diandalkan, Tania. Selalu. Kau akan tumbuh besar dan cantik disana... Pintar membanggakan!” Kalimat Danar membuat hati Tania berdesir. Tania berjanji akan sungguh-sungguh belajar dan menjadi yang terbaik.

Tania berkomunikasi dengan Danar melalui chatting. Ia cerita banyak hal khususnya tentang studynya. Danar memakai username Maibelopah, dan yang saya tau itu adalah nama pena Tere Liye (dulu). Di ulang tahun Tania yang ke-17, Danar (31th) memberikan hadiah berupa liontin berbentuk huruf T. Membuat Tania tersipu sekaligus memendam dalam-dalam perasaannya. Liontin itu memiliki arti yang Tania tidak mengetahui. Danar juga memiliki liontin berhuruf DD, Dede dan Ibu juga diberikan liontin sesuai dengan huruf depan namanya.

Tania menjadi gadis yang sangat ambisius. Ia ingin menjadi yang terbaik, seperti janjinya. Tania mencoba membuka kedai kue, merintisnya dengan kepiawaian manajerialnya. Saat wisuda kelulusan SMA, ia menjadi lulusan yang terbaik. Danar hadir bersama Ratna. Mendadak pidato yang disusun Tania menjadi kacau. Karena perasaan cemburunya.

Tania kaget saat Ratna memberitahunya akan menikah dengan Danar. 3 bulan lagi. Berita itu terasa sangat menyedihkan, memusnahkan harapan Tania. Inilah yang membuatnya tidak pulang menghadiri pernikahan lelaki yang dianggapnya malaikat. Saya mulai gemas, kenapa Tania tidak bilang sebelum-sebelumnya kepada Danar kalau ia mencintainya? Malah memilih menutup rapat-rapat dan menikmatinya sendiri. Tere Liye sengaja membuat cerita dengan alur seperti itu. Membiarkan Tania kesakitan dalam kesibukannya menuju kesuksesannya. Penulis mengarang  dengan halus bahwa cinta tidak harus memiliki. Berbuat baik dan memperbaiki diri. Ah sudahlah, menuliskan ini saja saya terbawa perasaan. Ahaha

Setelah Danar dan Ratna menikah ada banyak teka-teki yang ibarat puzzle, Tania perih merangkainya. Dan semakin sakit saat puzzle itu lengkap. Rahasia itu terungkap. Pola hubungan Danar dan Tania agak ganjil, tidak seperti dulu lagi. Tania enggan menghubunginya duluan. Lebih memilih menyibukkan dirinya agar lupa terhadap perasaannya tetapi tidak bisa.

Dede yang mengetahui cerita yang dibuat oleh Danar di laptopnya. Cerita yang tidak akan pernah dapat diselesaikan, “cinta di bawah pohon Linden”. Salah satu puzzle yang membuat Tania pening memikirkannya karena kisah cinta dalam cerita tersebut mengarah padanya. Puzzle berikutnya adalah saat hubungan Danar dan Ratna menjadi hambar. Ratna justru curhat kepada Tania. Ratna merasa bahwa Danar tidak pernah mencintainya. Ada seseorang yang menjadi pesaingnya namun Danar tetap mebisu akan hal itu. Tania semakin perih. Liontin yang dipakai Tania menjadi puzzle yang genap membuktikan bahwa wanita yang menjadi pesaing Ratna di hati Danar adalah Tania. Gadis yang dulunya ditolong oleh Danar dan saat ini berubah menjadi wanita mandiri dan diakui. Iya, lontin itu istimewa.

Seperti Tania yang pandai menyimpan rapi perasaannya. Danar pun juga tidak pernah mengakui bahwa sebenarnya ia memiliki perasaan yang sama terhadap Tania. Ending cerita novel ini menggantung, memang cinta Tania tidak pernah berlabuh kepada Danar. Meskipun sebagai pembaca, saya merutuk kepada Danar yang tidak bisa tegas pada cintanya sendiri. ratna memilih kembali ke Singapura membawa cintanya yang tidak akan pernah sampai. Meninggalkan malaikat dan kenangannya. Pengen banget ngasih bintang 5 seperti biasanya, tapi endingny bikin nyebelin. 4 berasa 5 J



Rabu, 21 Januari 2015

Donate for Comments (Bismillah)


Bismillah, pengen ikut project-nya Oky yang insya Allah menjadi jariyah buat dia :)

Okay, I will donate Rp. 250 for every comments on my post in 2015. Gak ada alasan nominalnya segitu sih.

Ah iya, kalian pengen ikut juga? Ini rambu-rambunya :

1.    Target nominal bebas, kamu bisa menentukan sendiri, dan pastikan bahwa kalian IKHLAS dan SUKARELA. Boleh Rp500, Rp1000, maupun Rp10.000 /per komentar. Saya menargetkan Rp500 untuk setiap komentar yang masuk di blog post tahun 2015 ini, termasuk reply dari saya pribadi. Kalau saya Rp. 250, nanti kalo diakumulasi di akhir, bisa ditambahkan

2.    Komentar yang dihitung hanya dari entri post tahun 2015, yaitu post tanggal 1 Januari 2015 s.d. 31 Desember 2015.

3.    Seluruh komentar dalam entri post apapun selama tahun 2015 akan dihitung. Komentar SPAM tidak dihitung.

4.    Buat Master Post, let everybody know your good intention. Lalu pasang banner Donate for Comments di sidebar blog kamu, link-kan ke Master Post kamu. Agar pengunjung blogmu aware dengan proyek ini. Dan ini bisa jadi jariyah juga kan? Karena secara tidak langsung menggalang amal J

5.    Buat Wrap Up post yang berisi laporan seberapa banyak jumlah komentar dan dana yang berhasil dihimpun. Lalu laporkan juga untuk apa dan kemana dana tersebut kalian sumbangkan

6.    Collected Donation. Apabila teman-teman tertarik, mari bergabung dengan saya dan bersama-sama kita menyumbangkan donasi kita untuk satu atau dua badan amal tertenu. Bisa koordinasi sama Oky

7.    Daftarkan blog kalian (kalau bisa, taruh link Master Post) via linky di bawah ini.

Let’s join with us. Cheers!
-Ayaa-


Wishfull Wednesday ~ 2



Tarraaaaa, Rabu lagi. Apa buku incaran kalian? Yay, saya ada 1 buku yang ngebet banget pengen punya, atau setidaknya baca deh, Cuma sampai sekarang belum kesampaian karena gak re-stock.


Sebagai penggemar berat tulisan Tere Liye, saya belum pernah baca The Gogons, Cuma liat covernya doang di website. Ini nih detail bukunya :

Hallo hallo, ada yang punya buku bekasnya? Sini offer ke saya. Atau mau ngasih Cuma-Cuma? *minta ditampol.


Lalu, buku incaran kalian apa?


Yang mau ikutan WW, bisa dibaca ketentuannya disini. Cheers!

Selasa, 06 Januari 2015

Review 10 # Self Driving


Judul             : SELF DRIVING (Menjadi Driver atau Passanger)

Penulis          : Rhenald Kasali

Penerbit        :  Mizan

Cetakan        : Pertama, September 2014

Tebal            : xiv + 272 Halaman

ISBN             : 978-979-433-851-3

Stars            : 4 of 5


Kasus Ignatius Ryan Tumiwa (48th) yang sempat menggegerkan ranah hukum Indonesia karena  meminta Mahkamah Konstitusi menguji materi Pasal 344 KUHP terhadap UUD 1945. Betapa tidak? Ryan meminta Mahkamah Konstitusi agar melegalkan bunuh diri. Lulusan S2 Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UI tersebut mengalami depresi karena telah setahun menganggur.


Mengertikah bahwa ada ratusan ribu Ryan yang butuh perhatian dan kasih sayang? Kemungkinan pendidikan dan gelar terlalu berat bagi mereka. Dunia kampus telah melibatkan diri terlalu jauh dengan melabelkan gelar, ijazah dan nama universitas yang terkesan hebat untuk sesuatu yang mereka tidak mampu “serahkan” kepada pemberi kerja.


Buku yang terdiri dari 13 Bab ini mengupas tentang perbedaan manusia yang  memiliki mental driver atau passanger dalam kehidupannya. Penulis berpendapat bahwa driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dari passanger. Anda tinggal memilih, ingin duduk manis menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan (hal 7).


Driver yang disebutkan dalam buku ini hanyalah sebuah analogi. Dimana maksud dari penulis adalah seseorang yang memiliki mental pemimpin perubahan ke arah lebih baik melalui terobosan-terobosan yang diciptakannya.


Orang tua memiliki tugas pertama dalam mendidik anaknya, memberikan petunjuk mana yang dilarang dan  mana yang dibolehkan. Ironisnya, kebanyakan orang tua menciptakan ketergantungan dengan memberikan kenyamanan kepada mereka (comfort zone). Padahal, salah satu persoalan berat yang dihadapi bangsa ini dalam menghadapi perubahan adalah rendahnya kemampuan kita untuk keluar dari comfort zone (hal 23).


Comfort zone merupakan zona yang mencetak pribadi yang bermental passanger. Dalam buku ini dijelaskan bahwa orang yang bermental penumpang cenderung : kurang kemandirian, dikendalikan oleh kerutinan, mudah mengeluh dan bersungut-sungut, tidak tahu alternatif, mudah frustasi, kurang berhasil dalam karier, menjadi boros (hal 34).


Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang yang ingin bertransformasi menjadi seorang driver, yaitu dengan menghadapi resiko. Orang-orang yang berani mengambil resiko biasanya adalah perantau, penemu, penerobos dan pahlawan perang. Sedangkan mereka yang menghindari risiko biasanya adalah mereka yang memperebutkan posisi-posisi internal. Enggan mencoba hal-hal baru dan lebih memilih menghindar daripada berbuat (hal 142).


Penulis dalam bukunya juga berbagi kiat-kiat untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif yang merupakan salah dua dari karakter yang bermental driver. Untuk menjadi great driver, diperlukan creative thinking, critical thinking dan  mindset yang tumbuh (hal 189). Ketiga hal tersebut diulas secara mendalam dalam bab tersendiri dengan bahasa yang elegan.


Buku ini menawarkan bagaimana bersikap out  of the box tanpa terkesan menggurui. Dapat dijadikan referensi bagi orang tua, para remaja, dan khususnya para pendidik untuk mengetahui bagaimana cara memberikan stimulus bagi anak didiknya agar dapat berpikir kreatif dan  inovatif layaknya seorang driver yang senantiasa luwes dalam menghadapi zaman yang  selalu berkembang dinamis. Dengan terciptanya mental driver dari generasi penerus bangsa, maka hal tersebut turut mencegah terjadinya kasus Ryan yang sempat depresi karena tidak mampu mengimbangi perubahan zaman. Two thumb up!

Review 9 : Bidadari Bidari Surga

Judul             : Bidadari – Bidadari Surga
Author           : Tere Liye
Penerbit         : Republika
Halaman        : 365
Stars             :  5 of 5

Alkisah, ada sebuah keluarga sederhana yang tinggal di sebuah bukit tertinggi lembah Lahambay yang tekstur tanahnya tidak beraturan. Laisa, kakak yang memiliki hati sebening berlian, yang memberikan pengorbanan yang luar biasa untuk ke 4 adik-adiknya, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri dan Yasinta. Berbeda halnya dengan ke-4 adik-adiknya tersebut yang memiliki paras ayu dan tampan. Dalam novel ini Tere Liye menggambarkan Laisa sebagai sosok yang “jelek”—pendek, hitam dan agak bungkuk.

Masyarakat di sekitar mereka kebanyakan masih berpikiran secara konvensional dimana menganggap sekolah tidak terlalu penting untuk anak-anaknya. Selain itu, mereka mengandalakan warisan penduduk terdahulu misalnya, untuk irigasi mereka mengandalkan tadah hujan. Berbeda halnya dengan lingkungannya, meskipun tergolong keluarga yang tidak kaya secara materi, Laisa berpikir untuk ke depan. Ia mengutamakan dan memerhatikan pendidikan formal maupun akhlak adik-adiknya. Ke-4 adiknya pun demikian, mereka cerdas dan memiliki ide-ide yang sangat cemerlang untuk kemajuan masyarakat.

Laisa yang berani mengambil resiko untuk menanam strawberry di pekarangannya. Banyak yang menyangsikan niatnya namun tekadnya sangat kuat untuk melaksanakannya. Sempat gagal memang, akan tetapi ending-nya Laisa berhasil membuktikan bahwa kerj keras yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil. Ia mengambil resiko untuk masa depan adik-adiknya, termasuk ia memutuskan tidak sekolah demi bekerja keras membantu Mamak Lainuri mencari uang untuk biaya sekolah adik-adiknya.

Sekali lagi, saya mengangkat topi untuk Tere Liye. Penggambaran setting, alur dan penokohannya sangat kuat. Emosi saya terbawa dan novel ini adalah salah satu novelnya yang membuat saya menangis. Fyuh. Bagaimana kerja keras dan kesungguhan niat membawa Dalimunte manjadi Profesor tersohor yang disegani, Wibisana dan Ikanuri menjadi pengusaha sukses keliling dunia. Yasinta pun juga memiliki prestasi yang gemilang.

Kasih sayang kakak terhadap adiknya, pun sebaliknya. Bakti anak kepada orang tuanya, pun cinta orang tua yang tidak terperi kepada anaknya digambarka secara apik. Pemaknaan artifisial yang seringkali dilakukan. Laisa yang berkali-kali gagal menikah karena kondisi fisiknya yang dianggap “jelek”. Sehingga “terpaksa” harus dilangkahi adik-adiknya. Emosi saya dibuat kebat-kebit saat membaca ini, apalagi setelah mengetahui bahwa Laisa bukan anak kandung dari Mamak Lainuri. Seperti arti dari namanya, Laisa : anak angkat. Ada adegan yang juga menguras emosi saat Lainuri yang sedang dinasehati Laisa berbalik mengatakan tentang kondisi fisik Laisa dan secara emosional—entah benar benar sadar atau tidak mengatakan bahwa Laisa bukan kakak kandungnya.

Di akhir hayatnya, Laisa belum sempat menikah. Saat adik-adiknya berkumpul bersama segenap keluarga masing-masing (Dalimunte, Ikanuri dan Wibisana telah menikah dan memiliki anak yang lucu-lucu). Kali ini giliran Yasinta. Ia bersikukuh tidak mau dinikahkan dengan Goughsky. Kondisinya semakin kritis, akhirnya Yasinta menuruti permintaan terakhir kakaknya. Setelah Goughski melafalkan ijab kabul, akhirnya Bidadari Surga tersebut meninggal (Laisa—red).

Epilog :

“Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat pulluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga mneikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah ‘terpilih’ di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinlah, wanita-wanita salheha yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga itu parasnya cantik luar biasa.

Serius, saya merinding berkali-kali baca epilognya