Jumat, 24 Januari 2014

Review 2 # TAHTA MAHAMERU

Judul         : TAHTA MAHAMERU
Penulis      : Azzura Dayana
Penerbit     : Republika
Halaman    : 380 hlm
Cetakan     : pertama, 2012
Bintang      : 3 of 5

Novel  Tahta Mahameru merupakan novel peraih penghargaan terbaik kedua “Lomba Novel Republika 2011 yang menceritakan tentang Faras, gadis Ranu Pane yang hobby membaca buku. Faras bertemu dengan rombongan Raja Ikhsan yang ingin mendaki Mahameru. Dari pertemuan itu, Faras juga berkenalan dengan Fikri yang berperangai ramah dan sopan.

Ikhsan tidak menunjukkan wajah bersahabat kepada siapapun termasuk kepada Faras. He is not friendly. Tidak salah jika dia hampir tidak mempunyai teman kecuali Fikri yang masih berbaik hati  mau mengajaknya bicara. Sikap dingin dan tidak bersahabat yang ditunjukkan Ikhsan merupakan imbas dari kepahitan hidup yang dialaminya. Dia memiliki ibu tiri yang menjadi tokoh antagonis di novel ini. Dari situlah, benih dendam tertanam dalam diri Ikhsan untuk membalas segala perbuatan ibu tirinya. Sosok Mareta, adik tirinya yang saling membenci hingga satu sama lain menyebut monster. Ikhsan juga menggunakan Aulia, saudara tirinya juga sebagai alat untuk melampiaskan dendamnya.

Faras ingin menemui Ikhsan sesuai email yang dikirimkannya. Terlihat konyol memang, Faras ingin menemui seseorang hanya untuk menjelaskan jawaban atas pertanyaan Ikhsan yang dilontarkan padanya. Di borobudur, Faras tidak menjumpai Ikhsan sebelum akhirnya dia memutuskan pergi ke Makassar sesuai email yang dikirimkan Ikhsan kepadanya. Faras berangkat ke Makassar bersama Mareta. Mereka berdua tidak sengaja bertemu di Borobudur dan sama-sama berniat untuk backpacker  ke Makassar.

Lagi-lagi saya memutuskan membeli ini salah satunya karena design covernya, panorama gunung dengan ilustrasi orang yang sedang menggendong ransel di punggungnya :p. Saya menebak kalau penulis gandrung dengan Kahlil Gibran :p. Banyak kutipan-kutipan terutama saat Faras ngobrol dengan Ikhsan menggunakan kutipan Kahlil Gibran, dan kutipan ini yang paling saya suka “yang paling dekat dengan  hatiku adalah seorang raja yang tidak memiliki singgasana dan seorang miskin yang tidak tau caranya mengemis”.

Buku ini termasuk semi religi, Azzura Dayana menyisipkan ayat Al-Qur’an sebagai penutupnya, penjelasan Al-A’raf. Selain itu, penulis juga menyisipkan Hadist yang menjadi penawar Ikhsan di tengah dendam kesumatnya terhadap ibu tirinya.
Tidak ada kehilangan yang tidak tergantikan, walaupun gantinya mungkin tidak sepersis yang hilang. Dan tidak ada kesalahan sebesar apapun yang tidak termaafkan. Kalaupun manusianya tidak mau atau enggan memaafkan, Tuhan pasti memaafkan.
Ikhsan mulai respect kepada Faras. Dia merasa bahwa gadis itu berbeda dengan gadis lainnya. Panggilan Fa merupakan panggilan spesialnya terhadapnya, karena yang lain memanggil Faras dengan nama Faras atau sebutan belakangnya “Ras”.

Tempat-tempat yang disebutkan dalam buku ini, Borobudur, Ranu Pane, Tanjung Bira, Tanah Beru Bulukumba, Makassar : (pulau Kodingareng, Barrang Lompo, Barrang Caddi, Lae-Lae, Lanjukang, Kayangan), Mahameru dan masih ada tempat yang lain yang membuktikan bahwa betapa kayanya Indonesia. Saya penasaran dengan pantai di Tanjung Bira, yang diceritakan di buku ini sebagai awal pertemuan Ikhsan dengan adiknya Fikri yaitu Andi Aros. Pembuatan perahu pinisi, adat istiadat Sulawesi. Is there anything that led me to go Tanjung Bira? Saya sangat mencintai pantai dan ingin juga mencoba mendaki gunung. Kalau ada invitation untuk pergi ke salah satunya, jawaban saya hanya iya, iya dan iya :D.
Orang gunung berteriak girang menjejak pantai, anak pantai bergumam kagum mendaki gunung.
Ikhsan, Mareta dan Faras (ditambah Bapaknya Faras) mendaki Mahameru bersama. Perjalanan menuju kesana banyak pertanyaan yang menemukan jawabannya. Mareta dan Ikhsan sudah mulai berdamai dengan kebenciannya masing-masing. Misteri email-email Ikhsan yang terkirim untuk Faras dan 3 pertanyaan krusial Ikhsan terjawab sudah.

Sayangnya, gambar-gambar yang diattach di email Ikhsan untuk Faras tidak ditampilkan (hanya sebuah tulisan saja). Saya membayangkan hasil jepretan Ikhsan yang sesungguhnya, indahnya eksotisme yang ada di sudut-sudut Indonesia. Btw, saya penasaran apakah Ikhsan mencintai Faras (dan sebaliknya) atau tidak? :p

Safely climb, eh happy reading everyone.

Rabu, 22 Januari 2014

Review 1 # TEST PACK


Judul                 : Test pack
Pengarang          : Ninit Yunita
Penerbit             : Gagas Media
Halaman            : 202
Cetakan             : ke-12, 2012.
Bintang              : 4 of 5

Awalnya, merasa ilfeel baca judulnya, tetapi terobati melihat cover bukunya  yang manarik. Gambar 2 gelas yang (mungkin) berisi wine yang mengilustrasikan tentang pernikahan. Yes, it’s true. MARRIED and COMMITMENT.

Arista Natadiningrat, dipanggil Tata, adalah istri dari Rahmat Natadiningrat yang sudah menikah 7 tahun tetapi belum juga dikarunia seorang anak. Tata yang gemar mengkoleksi test pack untuk tes kehamilannya mendadak berubah manyun jika test pack nya hanya menunjukkan 1 garis saja.

Saya begitu tergoda membaca per lembarnya, pembawaan Ninit Yunita yang mengemas bahasa Sunda, Indonesia, gahul (loe-gue) dan bahasa Inggris yang membuat saya sangat menikmati buku ini. Membuat saya tiba pada ujung pertanyaan, sebenarnya tujuan menikah itu apa? 
“Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinya”
Penulis juga menyelipkan teori-teori Psikologi, ada juga sedikit kamasutra-nya sih, cuma gak terlalu vulgar. Mendadak menyeringai di satu bab, senyum-senyum sendiri, tapi di satu titik ada rasa gemas saat mengilustrasikan kita yang menjadi tokohnya.

Rumah tangga Rahmad dan Tata goyah setelah Tata mengetahui ternyata suaminyalah yang mandul. Dia memutuskan pergi dari rumah, seakan-akan kata mandul menghapuskan semua kisahnya yang selama 7 tahun telah dirajut bersama suaminya. Klimaks persoalan ini membuat napas saya kembang kempis mengira-ira ending-nya. Waaaa, sulit menjadi Tata, tetapi lebih sulit lagi menjadi Rahmat. 

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah berpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dulu atau mendadak miskin.

Will you still love them, then?
That’s why you need commitment.
Don’t love someone because of what/how/who they are
From now on, start loving someone
Because you want to.

Novel ini mengajarkan saya untuk menahan bertanya hal-hal yang fungsinya samar-samar (antara basa-basi, care atau cenderung menyakitkan bagi beberapa orang). “Sudah hamil belum?”, itu ibarat pertanyaan “Kapan menikah?” “Bagaimana skripsinya?”, akan terasa sangat menjengkelkan bagi sebagian kalangan. Jangankan pertanyaan itu, sekedar mengetahui kucing tetangga yang hamil saja Tata bisa merasa senewen minta ampun. Happy reading Kakang, Neng. Adios.