Minggu, 22 Februari 2015

Review 11 - Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin

*Diambil dari kalimat anonymous The falling leaf doesn’t hate the wind yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi

Author          : Tere Liye
Cetakan        : ketiga, Maret 2011
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
ISBN             : 978-979-22-5780-9
Halaman        : 264 hlm
Bintang         : 4 of 5


“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkann dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih menyakitkan”

Sudah lama ingin mereview buku ini, baru kesampaian. Gemas dan membekas setelah membacanya - meskipun berulangkali. Tabiat Tere Liye memang begitu, selalu bisa membuat pembacanya terhanyut oleh cerita dan plot di dalam karangannya. Bahkan tidak jarang saya menangis saat membaca quote yang ia selipkan.

Tere Liye meramu ralita ke dalam cerita fiksi dengan brilian sehingga pembaca bertanya “ini true story” bukan sih? Tania, gadis berkepang dua, bersama adik dan ibunya mengamen di jalanan, bis ke bis. Mereka bertemu dengan Danar yang dikisahkan baik hati dan menjadi sosok sentral dalam novel ini.

Danar membantu Tania dan Dede bersekolah, membelikan mereka berdua buku-buku, krayon dan tas. Selain itu, ia juga membantu mencarikan kontrakan layak huni untuk mereka. Karena kebaikannya, entah kapan perasaan Tania mulai tumbuh. Benih itu kian hari kian subur dan Tania menutup rapat-rapat dari semua orang, termasuk  rasa cemburunya terhadap Ratna, teman Danar yang kadang menemaninya berkunjung ke kontrakan Tania.

Beberapa waktu kemudian, ibu Tania meninggal. Tania dan Dede manjadi yatim piatu.

Selepas ibunya meninggal, Tania ikut beasiswa untuk sekolah SMP di Singapura. Ia diterima. “Kau anak yang bisa diandalkan, Tania. Selalu. Kau akan tumbuh besar dan cantik disana... Pintar membanggakan!” Kalimat Danar membuat hati Tania berdesir. Tania berjanji akan sungguh-sungguh belajar dan menjadi yang terbaik.

Tania berkomunikasi dengan Danar melalui chatting. Ia cerita banyak hal khususnya tentang studynya. Danar memakai username Maibelopah, dan yang saya tau itu adalah nama pena Tere Liye (dulu). Di ulang tahun Tania yang ke-17, Danar (31th) memberikan hadiah berupa liontin berbentuk huruf T. Membuat Tania tersipu sekaligus memendam dalam-dalam perasaannya. Liontin itu memiliki arti yang Tania tidak mengetahui. Danar juga memiliki liontin berhuruf DD, Dede dan Ibu juga diberikan liontin sesuai dengan huruf depan namanya.

Tania menjadi gadis yang sangat ambisius. Ia ingin menjadi yang terbaik, seperti janjinya. Tania mencoba membuka kedai kue, merintisnya dengan kepiawaian manajerialnya. Saat wisuda kelulusan SMA, ia menjadi lulusan yang terbaik. Danar hadir bersama Ratna. Mendadak pidato yang disusun Tania menjadi kacau. Karena perasaan cemburunya.

Tania kaget saat Ratna memberitahunya akan menikah dengan Danar. 3 bulan lagi. Berita itu terasa sangat menyedihkan, memusnahkan harapan Tania. Inilah yang membuatnya tidak pulang menghadiri pernikahan lelaki yang dianggapnya malaikat. Saya mulai gemas, kenapa Tania tidak bilang sebelum-sebelumnya kepada Danar kalau ia mencintainya? Malah memilih menutup rapat-rapat dan menikmatinya sendiri. Tere Liye sengaja membuat cerita dengan alur seperti itu. Membiarkan Tania kesakitan dalam kesibukannya menuju kesuksesannya. Penulis mengarang  dengan halus bahwa cinta tidak harus memiliki. Berbuat baik dan memperbaiki diri. Ah sudahlah, menuliskan ini saja saya terbawa perasaan. Ahaha

Setelah Danar dan Ratna menikah ada banyak teka-teki yang ibarat puzzle, Tania perih merangkainya. Dan semakin sakit saat puzzle itu lengkap. Rahasia itu terungkap. Pola hubungan Danar dan Tania agak ganjil, tidak seperti dulu lagi. Tania enggan menghubunginya duluan. Lebih memilih menyibukkan dirinya agar lupa terhadap perasaannya tetapi tidak bisa.

Dede yang mengetahui cerita yang dibuat oleh Danar di laptopnya. Cerita yang tidak akan pernah dapat diselesaikan, “cinta di bawah pohon Linden”. Salah satu puzzle yang membuat Tania pening memikirkannya karena kisah cinta dalam cerita tersebut mengarah padanya. Puzzle berikutnya adalah saat hubungan Danar dan Ratna menjadi hambar. Ratna justru curhat kepada Tania. Ratna merasa bahwa Danar tidak pernah mencintainya. Ada seseorang yang menjadi pesaingnya namun Danar tetap mebisu akan hal itu. Tania semakin perih. Liontin yang dipakai Tania menjadi puzzle yang genap membuktikan bahwa wanita yang menjadi pesaing Ratna di hati Danar adalah Tania. Gadis yang dulunya ditolong oleh Danar dan saat ini berubah menjadi wanita mandiri dan diakui. Iya, lontin itu istimewa.

Seperti Tania yang pandai menyimpan rapi perasaannya. Danar pun juga tidak pernah mengakui bahwa sebenarnya ia memiliki perasaan yang sama terhadap Tania. Ending cerita novel ini menggantung, memang cinta Tania tidak pernah berlabuh kepada Danar. Meskipun sebagai pembaca, saya merutuk kepada Danar yang tidak bisa tegas pada cintanya sendiri. ratna memilih kembali ke Singapura membawa cintanya yang tidak akan pernah sampai. Meninggalkan malaikat dan kenangannya. Pengen banget ngasih bintang 5 seperti biasanya, tapi endingny bikin nyebelin. 4 berasa 5 J