Rabu, 24 Desember 2014

Wishfull Wednesday #1

Hiyaaa, baru pertama kali ikutan event ini. Pengen banget ikutan giveaway-nya Mbak Astrid (salam kenal Mbak :D).

Okay here we go, untuk pertama kali ini saya pengen banget bukunya Dee yang judulnya PARTIKEL. Emang gi tu sih, kalo baca buku serial di acak-acak bacanya. Serial Anak Mamaknya Tere Liye, Triloginya Ahmad Fuadi dan kali ini Dee Lestari yang kena sasaran. Kenapa pengen buku ini? So simple, karena pengen baca serial lengkapnya.

Padahal Gelombang udah punya lho (gak ada yang nanya).


Bukunya bisa diorder disini



Moga aja Mbak Astrid berbaik hati kali ini, yaah buat salam perkenalan. Muah :D

Minggu, 21 Desember 2014

Review 8 # Pudarnya Pesona Cleopatra

Judul             : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang     : Habiburahman El Shirazy
Halaman        :  110 hlm
Penerbit        : Republika
Cetakan        : XXII, November 2012
ISBN             : 979360400
Stars            :  4 of 5

Dulu semasa kuliah pernah membaca novel mini ini, dan ketika ada Book Fair melihat buku mungil berserakan di antara buku tebal lainnya, tanpa berpikir panjang langsung membelinya.

Buku ini terdiri dari 2 cerita novel mini yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” dan “Setetes Embun Cinta Niyala”. Gaya khas Kang Abik dalam meracik cerita percintaan islami  dimana ketaatan dan kepasrahan kepada Allah selalu ditonjolkan. Kedua cerita tersebut memberikan pesan mendalam kepada pembaca untuk memaknai hakikat cinta sejati.

Pudarnya Pesona Cleopatra

Alkisah seorang pemuda, dan sampai terakhir membaca ternyata penulis tidak menyebutkan namanya, hanya menggambarkan kata “Aku” dan “Mas”, yang menggilai gadis mesir yang rupawan. Membayangkan bahwa istrinya kelak juga akan secantik artis-artis Mesir yang diibaratkan seperti Cleopatra. Namun, takdir berkata lain, ibunya menjodohkan dengan gadis shalihah yang telah hafal Al Quran bernama Raihana.

Lelaki tersebut awalnya menolak, namun karena desakan ibunya, akhirnya mengiyakan perjodohan tersebut. Ia juga yakin dengan pepatah witing tresno jalaran saka kulino. Enam bulan pernikahan berlalu, cinta itu tak kunjung muncul, justru rasa muak, malas dan pembandingan yang selalu muncul. Raihana cantik, shalihah, dan taat dengan suaminya. Permasalahan justru ada pada suaminya yang tidak bisa move on dari obsesinya memiliki istri secantik Cleopatra.

Suami Raihana mengakui bahwa perilakunya salah, ia mencoba untuk menghalaunya tetapi belum bisa. Setiap bertemu dengan istrinya, justru perasaan tidak nyaman itu muncul. Pada akhirnya Raihana mengetahui bahwa suaminya tidak pernah mencintainya dan mennikahinya hanya terpaksa. Cinta dan baktinya tidak berubah, meskipun wajahnya sering terlihat sembap karena menangis—bukan karena kebencian, suaminya tidak luluh juga.

Karena pertanyaan ibu dan mertuanya tentang anak yang tak kunjung lahir membuatnya (saya bingung menyebut nama suami Raihana :D) risih dan mencoba merubah sikap lebih halus dan perhatian terhadap Raihana. Usaha tersebut membuahkan hasil, Raihana hamil. Semua keluarga menyambutnya gembira, kecuali suaminya. Entah mengapa dalam hal ini, saya membayangkan begitu nestapanya suami Raihana yang melawan dirinya sendiri. Sempat membenci tokoh ini, akan tetapi mungkin saja tokoh ini benar-benar ada di dunia nyata.

Memasuki usia kandungan bulan ke-6, Raihana meminta ijin untuk tinggal dengan orang tuanya karena alasan kesehatan. Suaminya pun mengabulkan. Ada perasaan lega, nyaman, selepas istrinya pergi. Sebelum pergi, istrinya berpesan kepada suaminya untuk menyusulnya saat mendekati kelahiran dengan membawa rekening ATM yang diletakkan di bawah tempat tidurnya.

Beberapa waktu berselang, terjadi percakapak antara suami Raihana dengan temannya di kantor, yang menjadi titik balik cerita. Teman kantornya pernah menikah dengan gadis Mesir. Sewaktu temannya bercerita, suami Raihana merasakan beruntungnya mendapat Raihana, benih cinta itu muncul. Cinta temannya itu juga berlandaskan karena kecantikan gadis Mesir yang menawan, hingga pada akhirnya berakhir dengan perceraian.

Suami Raihana bergegas ke rumah mertuanya untuk menjemputnya (tuh kan saya bingung lagi menyebut kata “nya”, karena gak tau nama suaminya. Atau saya yang kurang teliti membaca?). Ia terlambat. Raihana meninggal 2 minggu yang lalu karena terpeleset.

Antiklimaksnya di ending cerita, meskipun ada alasan bahwa mertuanya telah mengirimkan kabar kepada suaminya, tetapi suaminya sedang diklat. Tetapi untuk urusan sepenting ini, meninggalnya istri sampai suaminya baru mengetahui 2 minggu kemudian. oh No.

Secara pesan, saya menyukainya. Tetapi ada beberapa penceritaan yang membuat saya bingung membedakan cerita ini dibawakan oleh orang pertama atau orang ketiga. Selain itu ada kesalahan ketik di beberapa kalimat. Selebihnya, penulis sukses menggambarkan tentang landasan cinta dalam menikah. Bahwa rupa seharusnya merupakan kriteria nomor sekian setelah agama. Tapi entahlah, kadang kita masih sering memaknai hal berdasarkan artifisialnya. Mungkin termasuk saya.

Setetes Embun Cinta Niyala

Dalam novel mininya yang kedua ini, Kang Abik lebih mengeksplore konflik. Niyala, seorang calon dokter yang memiliki umi angkat dan kakak angkat sedang merasakan lara karena surat dari Ayahnya—Rusli Hasibuan. Rusli meminta anaknya untuk menikah dengan Roger—seorang mualaf dan merupakan kakak tingkat sewaktu SD.

Dalam isi surat tersebut, ayahnya juga menjelaskan bahwa keluarganya memiliki hutang budi dan hutang uang terhadap keluarga Cosmas. Kegelisahan itu semakin hari merenggut keceriaan Niyala. Gadis itu merasa tertekan karena sangat mengetahui karakter dari bakal calon suaminya. Niyala memiliki pengalaman buruk dengan Roger. Lelaki itu pernah berusaha memerkosanya waktu duduk di Sekolah Dasar. Selain itu, Roger telah menodai sahabatnya hingga hamil dan sekarang menjadi pelacur.

Beberapa hari lagi, ayah dan kakak kandungnya datang dari Sidempuan. Kakak angkatnya yang bernama Faiz juga pulang ke Jakarta untuk menghadiri prosesi wisuda Nilaya. Di samping itu, Faiq juga ingin dikenalkan dengan Diyah—anak dari teman uminya.

Singkat cerita, Niyala meminta bantuan Faiq untuk menolak sehalus mungkin perjodohan itu sambil mencari jalan untuk melunasi hutang ayahnya. Faiq diminta untuk mengatakan bahwa Niyala telah memiliki calon sendiri.

Dalam kisah ini, konfliknya klise, perjodohan yang dilandaskan karena orang tuanya memiliki hutang dengan pihak lain. Saya menunggu penyelesaian dari konflik tersebut. Dan ternyata, Kang Abik memang ahlinya dalam meramu tentang perjodohan seperti Anna yang akhirnya berjodoh dengan Azzam setelah beberapa konflik yang dilaluinya.

Sesampai ayah dan kakaknya tiba di rumah, terjadi percakapan kecil antara umi angkat dan ayah kandungnya. Mereka berdua menyerahkan sepenuhnya kepada Niyala, setelah wisuda, ia akan tinggal bersama siapa. Niyala membisu, karena mengetahui niat ayah kandungnya datang adalah menjemputnya. Faiq yang menjadi juru bicara Niyala, sesuai permintaan Niyala, ia mengatakan bahwa Niyala telah memiliki calon yang dicintainya sejak SMP.

Semula Niyala merasakan biasa saja, tetapi lama kelamaan ada keganjilan dari cerita Faiq. Dalam kesempatan tersebut, Faiq melamar dan mengutarakan keinginannya untuk menikahi Niyala. Semua terkejut mendengarkan penyataan Faiq, tak terkecuali Niyala.

Seperti halnya di novel mini yang pertama, dalam cerita ini, ada beberapa bagian yang membuat rancu pembaca tentang pencerita dalam novel tersebut menggunakan orang pertama atau orang ketiga. Selain itu ada typo di halaman 63, terdapat kata yang diketik doble, yaitu “baginya”.

Dalam buku ini, pembaca juga dimanjakan dengan sajak-sajak keren yang dikutip dari beberapa referensi. Okay, happy reading!



Sabtu, 20 Desember 2014

Review 7 # SABTU BERSAMA BAPAK

Salah satu faktor kepincut buku ini adalah, judul dan covernya :*
Judul             : SABTU BERSAMA BAPAK
Pengarang     : Adhitya Mulya
Halaman        : 277 hlm
Cetakan        : pertama, 2014
Penerbit        : Gagas Media
ISBN             : 9789797807214
Stars            : 5 of 5

SINOPSIS

“Hai, Satya! Hai Cakra!” sang Bapak melambaikan tangan.
Ini Bapak.
Iya benar kok, ini Bapak.
Bapak Cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah,
Berkat doa Satya dan Cakra.

...

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kaliab.
Bapak sudah siapkan.

Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung
Kemana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chnace.

Bapak ada di sini, di samping kalian.
Bapak sayang kalian.
...

Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi Bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan..., tentang seorang yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

***


Masih ingatkah dengan film Bollywood Kuch-Kuch Hota Hai yang kadang-kadang masih diputar di televisi dan sukses membuat kita menangis haru. Adegan Tina yang mengirimkan surat untuk putrinya—Anjali yang diberikan setiap ulang tahunnya. Dalam buku ini, penulis memberikan “cara baru” bagi orang tua agar selalu diingat oleh anak-anaknya selain dengan surat ataupun foto, lebih tepatnya untuk memberikan pesan untuk mereka.

Gunawan Garnida yang menderita kanker dan divonis  dokter hanya memiliki waktu 1 tahun lagi untuk hidup. Dalam sisa waktunya tersebut, ia menyiapkan bekal untuk menemani tumbuh kembang anak-anaknya—Satya dan Cakra yang memanggilnya dengan sebutan Bapak. Akhirnya, dengan bantuan istrinya, Bu Itje, merekam melalui handycam, cerita-cerita tentang dirinya baik masa kecil, remaja maupun tuanya.

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian. Tapi, Bapak akan tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian. Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian. Ingin tetap dapat mengajarkan kalian. Ketika kalian tidak pernah perlu bingung kemana harus mencari jawaban (hal 5).

Entah mengapa mata mendadak gerimis setiap membaca bagian tulisan tentang rekaman video Bapak (panggilan Gunawan Garnida—Red). Planning is everything (hal 18), Bapak menceritakan tentang rencana pernikahannya dulu dengan Bu Itje. “Hari ini, saya janji sama kamu. Melindungi kmau. Sekarang dan nanti. Saat hidup dan mati (hal 37)”. Secara tersirat rekaman itu memberikan pelajaran untuk anak-anaknya untuk mempersiapkan pernikahan mereka dengan baik.

Satya dan Cakra banyak mengambil pelajaran dari rekaman yang dibuat oleh Bapaknya, yang mereka lihat setiap Sabtu. Satya berubah menjadi lebih care kepada istri dan anaknya, ia yang sebelumnya lebih suka membelikan mainan untuk anaknya setelah melihat rekaman Bapaknya, Satya mencoba untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk anak-anaknya dengan membuat mainan daripada membelinya.

Buku ini secara tidak langsung menjadi cermin, bagaimana harus menjadi suami/istri yang baik untuk pasangan. Bagaimana menjadi anak yang dapat membanggakan orang tua dengan potensi yang dimiliki masing-masing anak dan  bagaimana menjadi orang tua yang dapat dijadikan panutan untuk anak-anaknya.

Selain sarat akan nilai-nilai kehidupan, buku ini juga terselip cerita-cerita humor yang membuat pembaca terpingkal dibuatnya. Tokoh Cakra melalui kisah percintaan dan perjodohannya. Penulis mampu memegang tombol ON : OFF pembaca, untuk beberapa detik, pembaca dibuat haru biru dengan adegan yang menyentuh tetapi beberapa detik kemudian dibuat menyeringai dengan humor ringan yang diciptakan.  

Sepertinya adagium like father like son terbukti benar adanya. Cakra dan Satya seperti berkiblat dan menerapkan petuah yang diberikan Bapaknya.

Ah, saya tidak salah waktu melihat judul dan cover buku ini dan langsung memutuskan untuk membelinya. Tetapi cover yang dibuat tidak menipu, karena konten buku ini sangat berisi dan bergizi. Suddenly,i really miss my Dad.

Menuliskan ini saja, saya mengusap alliran bening itu, mensyukuri bahwa saya masih mempunyai Bapak dan Ibu yang tidak pernah alpa menyebutkan nama saya dalam doa mereka. Adios