Minggu, 12 April 2015

Review 12 : BULAN

Author                 : Tere Liye
Cetakan               : KETIGA, Maret 2015
Penerbit               : Gramedia
Halaman              : 396 hlm
Bintang                : 3 of 5

Dududu, buku ini di Bulan Maret udah di cetakan ketiga aja. Ini buku serial kedua dari Tere Liye—sekuel pertamanya berjudul Bumi. Mau review ini karena masih fresh selesai bacanya.

Peran sentralnya masih Raib, Seli dan Ali. Tidak jauh dari cerita sebelumnya yang menghadirkan setting perang antara Raib, Seli dan Ali melawan musuhnya yang bernama Tamus. Di novel Bulan juga mengisahkan perang yang lebih seru. Ketiga sahabat itu ditambah Ily harus mengikuti event mencari lomba matahari yang mekar pertama kali di klan Matahari. Mereka bersaing dengan 9 kelompok lainnya yang terlatih dalam peperangan.

Miss Selena kembali ke bumi untuk menjemput ketiga anak itu pergi ke klan Matahari. Dalam proses penjemputan itu, terkuak pula cerita bahwa ibu Seli juga berasal dari Klan Matahari yang memiliki kekuatan petir dan sesekali digunakan dalam proses bedah, mama Seli adalah Dokter Spesialis bedah.

Av dan Miss Selena akhirnya membawa Raib, Seli dan Ali untuk berdiplomasi dengan tetua Klan Matahari untuk melawan Pangeran tanpa mahkota yang masih terpenjara di penjara bawah bayangan. Untuk membuka klan pararel itu, Raib membuka buku matematika lusuhnya. Ternyata sesampai di klan matahari, ada festival yang terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing ada 4 orang terlatih untuk menemukan bunga matahari yang mekar pertama kali.

Tanpa diberitahu sebelumnya, Raib, Seli dan Ali ditambah Ily menjadi kelompok ke 10. Awalnya Raib ragu untuk ikut, karena festival tersebut sangat berbahaya. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Karena apabila ia menolak, maka diplomasi Av dan Miss Selena dengan Fala (namanya ada 3 sukukata yang aneh, cuma aku lupa :p) akan gagal.

Ada beberapa clue yang harus dipecahkan. Untuk menemukan matahari yang mekar pertama kali. Ada ladang perdu yang gersang dengan banyak lebah. Disitu, mereka berempat bertemu dengan Hana yang memiliki ternak lebah. Wanita itu memberikan penginapan dan perbekalan. Ada cerita menarik yang nantinya akan menjadi kunci keseluruhan cerita di novel ini.

Mereka juga harus menyeberangi danau luas. Ada seorang kakek tua bernama Nena. Untuk menyeberang danau tersebut, Nena memberikan tiga teka-teki yang harus dijawab. Di titik ini, Tere Liye jagonya menyelipkan quote-quote nya. Iya, mereka berempat dapat menyeberang tanpa membayar sepeser pun, lagian mereka juga gak punya uang :D.

Sesampainya di ujung danau, mereka dikenalkan dengan Mena, anak dari Nena. Lagi-lagi, sebenarnya namanya ada 3 suku kata, tetapi aku susyaaah sekali mengejanya. Nena yang nantinya membantu membawa merek ke danau teluk jauh, tempat dimana clue selanjutnya.
Bunga matahari akan mekar di hari ke 9. Raib mampu memecahkan clue dan menerabas rintangan dengan keberaniannya. Clue terakhir, mereka mengalami kesulitan yang tidak kalah menegangkan. Gunung yang menjulang tinggi merintangi langkah mereka.

Di akhir cerita, mereka sempat terkecoh untuk dengan clue yang dipecahkan. Semula mereka kembali ke Kota Ilios. Hampir tiba di kota Ilios, mereka sadar bahwa bunga matahari tidak akan mekar disana melainkan di tempat peternakan lebah milik Hana

Kontingen Salamander yang licik telah sampai terlebih dahulu di rumah Hana. Raib yang mengetahui itu, merasa bahwa kelompoknya telah kalah. Saat kapten dari kelompok Salamander akan memetik bunga matahari tersebut, Fala sang ketua klan matahari muncul dan mencegahnya. Ternyata Fala sangat licik. Ia telah memiliki rencana agar Raib yang memiliki hati yang tulus dan tidak berambisi kekuasaan yang memetik bunga itu. Peperangan pun pecah.

Tere Liye memberikan alur dan ilustrasi yang apik dalam cerita fantasi ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for your coming :)