Novel ini berisi 15 cerpen
terbaik karangan Ahmad Tohari. Meskipun saya sulit membedakan mana yang
paling baik diantara 15 tersebut, karena menurut saya hampir semua karangan
dari Ahmad Tohari sangat menawan. Bahasanya yang enak dan biasanyanya karangan beliau
diangkat dari kejadian sehari-hari masyarakat (kecil).
Contohanya, mata yang enak dipandang, sebagaimana dari judul
buku ini. Cerita ini bertutur mengenai pengemis di sekitar stasiun—Mirta dan
Tarsa. Mirta yang buta biasanya dituntun oleh Tirsa untuk meminta di
gerbong-gerbong. Penulis menceritakan realita kehidupan bahwa ada beberapa mata
yang enak dipandang yang direpresentasikan oleh penumpang yang selalu
memberikan uang kepada pengemis dengan wajah yang cerah. Ada juga yang
pura-pura tidak melihat. Ciamik
bahasanya.
Kedua, Bila Jebris ada di Rumah Kami. Bercerita tentang
Jebris yang digambarkan sebagai seorang pelacur karena kondisi ekonomi yang
menghimpitnya. Sar, yang menjadi temannya sejak berada di sekolah rakyat merasa
iba padanya. Sering kali Sar membawakan rantang makan untuk Jebris. Sar
mengeluhkan tabiat Jebris yang mulai menjajakan diri di rumah yang letaknya
dekat dengan Sar. Sar mengeluh kepada Kang Ratib, karena ia merasa was-was
bersebelahan dengan Jebris, takut jauh dari keberkahan.
Cerita penipu yang keempat semakin meneguhkan keyakinan saya
bahwa Penulis sangat jeli dan detail mengamati keadaan sekitar. Seorang penipu
yang dapat menjelma menjadi siapa saja, sehingga membuat kita tidak dapat
membedakan apakah itu sungguhan atau pura-pura. Perempuan yang nampak sholeh
mengetuk pintu rumah, membawa kertas dan
menceritakan bahwa ia sedang mencari sumbangan untuk amal. Di sisi lain, ada
juga yang mengaku tersesat di jalan dan kehabisan uang, meminta beberapa lembar
uang untuk ongkos pulang. Lalu apakah mereka sungguhan? Atau benar-benar
menipu?
Buku ini ditutup dengan cerpen yang berjudul “Bulan Kuning
sudah Tenggelam”. Ceritanya lebih panjang dari judul-judul sebelumnya. Penulis
menggambarkan konflik sosial dengan penokohan kuat. Yuning yang merupakan anak
angkat dari pasangan ningrat yang tidak dikaruniai anak. Meskipun begitu, ayah
dan ibunya sangat mencintai dan menyekolahkannya hingga perguruan tinggi.
Konflik dimulai, saat Yuning menikah dengan Koswara. Ayahnya meminta Yuning dan
suaminya untuk tetap tinggal bersamanya. Namun, Koswara menolak dengan dalih
ingin mandiri dan mengurus peternakan babinya. Bagaimana akhir konflik Yuning
dan Ayahnya? Kalian bisa membaca runutan ceritanya hingga tersihir oleh diksi
yang dirangkai Penulis.
Two thumbs up!
Judul : Mata yang Enak Dipandang
Author : Ahmad Thohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 216
ISBN :
978 – 602 – 03 -0045-0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you for your coming :)