Cetakan : KETIGA, Maret 2015
Penerbit : Gramedia
Halaman : 396 hlm
Bintang : 3 of 5
Dududu, buku ini di Bulan Maret udah di cetakan ketiga aja. Ini buku
serial kedua dari Tere Liye—sekuel pertamanya berjudul Bumi. Mau review ini karena masih fresh selesai bacanya.
Peran sentralnya masih Raib, Seli dan Ali. Tidak jauh dari cerita
sebelumnya yang menghadirkan setting perang antara Raib, Seli dan Ali melawan
musuhnya yang bernama Tamus. Di novel Bulan juga mengisahkan perang yang lebih
seru. Ketiga sahabat itu ditambah Ily harus mengikuti event mencari lomba matahari yang mekar pertama kali di klan
Matahari. Mereka bersaing dengan 9 kelompok lainnya yang terlatih dalam
peperangan.
Miss Selena kembali ke bumi untuk menjemput ketiga anak itu pergi ke
klan Matahari. Dalam proses penjemputan itu, terkuak pula cerita bahwa ibu Seli
juga berasal dari Klan Matahari yang memiliki kekuatan petir dan sesekali
digunakan dalam proses bedah, mama Seli adalah Dokter Spesialis bedah.
Av dan Miss Selena akhirnya membawa Raib, Seli dan Ali untuk
berdiplomasi dengan tetua Klan Matahari untuk melawan Pangeran tanpa mahkota
yang masih terpenjara di penjara bawah bayangan. Untuk membuka klan pararel
itu, Raib membuka buku matematika lusuhnya. Ternyata sesampai di klan matahari,
ada festival yang terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing ada 4 orang
terlatih untuk menemukan bunga matahari yang mekar pertama kali.
Tanpa diberitahu sebelumnya, Raib, Seli dan Ali ditambah Ily menjadi
kelompok ke 10. Awalnya Raib ragu untuk ikut, karena festival tersebut sangat
berbahaya. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Karena apabila ia menolak,
maka diplomasi Av dan Miss Selena dengan Fala (namanya ada 3 sukukata yang
aneh, cuma aku lupa :p) akan gagal.
Ada beberapa clue yang harus
dipecahkan. Untuk menemukan matahari yang mekar pertama kali. Ada ladang perdu
yang gersang dengan banyak lebah. Disitu, mereka berempat bertemu dengan Hana
yang memiliki ternak lebah. Wanita itu memberikan penginapan dan perbekalan. Ada
cerita menarik yang nantinya akan menjadi kunci keseluruhan cerita di novel
ini.
Mereka juga harus menyeberangi danau luas. Ada seorang kakek tua
bernama Nena. Untuk menyeberang danau tersebut, Nena memberikan tiga teka-teki
yang harus dijawab. Di titik ini, Tere Liye jagonya menyelipkan quote-quote nya. Iya, mereka berempat
dapat menyeberang tanpa membayar sepeser pun, lagian mereka juga gak punya uang
:D.
Sesampainya di ujung danau, mereka dikenalkan dengan Mena, anak dari
Nena. Lagi-lagi, sebenarnya namanya ada 3 suku kata, tetapi aku susyaaah sekali
mengejanya. Nena yang nantinya membantu membawa merek ke danau teluk jauh,
tempat dimana clue selanjutnya.
Bunga matahari akan mekar di hari ke 9. Raib mampu memecahkan clue dan menerabas rintangan dengan
keberaniannya. Clue terakhir, mereka
mengalami kesulitan yang tidak kalah menegangkan. Gunung yang menjulang tinggi
merintangi langkah mereka.
Di akhir cerita, mereka sempat terkecoh untuk dengan clue yang dipecahkan. Semula mereka
kembali ke Kota Ilios. Hampir tiba di kota Ilios, mereka sadar bahwa bunga
matahari tidak akan mekar disana melainkan di tempat peternakan lebah milik
Hana
Kontingen Salamander yang licik telah sampai terlebih dahulu di rumah
Hana. Raib yang mengetahui itu, merasa bahwa kelompoknya telah kalah. Saat
kapten dari kelompok Salamander akan memetik bunga matahari tersebut, Fala sang
ketua klan matahari muncul dan mencegahnya. Ternyata Fala sangat licik. Ia
telah memiliki rencana agar Raib yang memiliki hati yang tulus dan tidak berambisi
kekuasaan yang memetik bunga itu. Peperangan pun pecah.
Tere Liye memberikan alur dan ilustrasi yang apik dalam cerita fantasi
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you for your coming :)