*Diambil dari kalimat
anonymous The falling leaf doesn’t hate the wind yang dipopulerkan dalam film
Jepang Zatoichi
Author : Tere Liye
Cetakan
: ketiga, Maret 2011
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-5780-9
Halaman : 264 hlm
Bintang : 4 of 5
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkann dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih menyakitkan”
Sudah
lama ingin mereview buku ini, baru
kesampaian. Gemas dan membekas setelah membacanya - meskipun berulangkali.
Tabiat Tere Liye memang begitu, selalu bisa membuat pembacanya terhanyut oleh
cerita dan plot di dalam karangannya. Bahkan tidak jarang saya menangis saat
membaca quote yang ia selipkan.
Tere
Liye meramu ralita ke dalam cerita fiksi dengan brilian sehingga pembaca
bertanya “ini true story” bukan sih?
Tania, gadis berkepang dua, bersama adik dan ibunya mengamen di jalanan, bis ke
bis. Mereka bertemu dengan Danar yang dikisahkan baik hati dan menjadi sosok
sentral dalam novel ini.
Danar
membantu Tania dan Dede bersekolah, membelikan mereka berdua buku-buku, krayon
dan tas. Selain itu, ia juga membantu mencarikan kontrakan layak huni untuk
mereka. Karena kebaikannya, entah kapan perasaan Tania mulai tumbuh. Benih itu
kian hari kian subur dan Tania menutup rapat-rapat dari semua orang,
termasuk rasa cemburunya terhadap Ratna,
teman Danar yang kadang menemaninya berkunjung ke kontrakan Tania.
Beberapa
waktu kemudian, ibu Tania meninggal. Tania dan Dede manjadi yatim piatu.
Selepas
ibunya meninggal, Tania ikut beasiswa untuk sekolah SMP di Singapura. Ia
diterima. “Kau anak yang bisa diandalkan,
Tania. Selalu. Kau akan tumbuh besar dan cantik disana... Pintar membanggakan!”
Kalimat Danar membuat hati Tania berdesir. Tania berjanji akan
sungguh-sungguh belajar dan menjadi yang terbaik.
Tania
berkomunikasi dengan Danar melalui chatting.
Ia cerita banyak hal khususnya tentang studynya. Danar memakai username Maibelopah, dan yang saya tau
itu adalah nama pena Tere Liye (dulu). Di ulang tahun Tania yang ke-17, Danar
(31th) memberikan hadiah berupa liontin berbentuk huruf T. Membuat Tania
tersipu sekaligus memendam dalam-dalam perasaannya. Liontin itu memiliki arti
yang Tania tidak mengetahui. Danar juga memiliki liontin berhuruf DD, Dede dan
Ibu juga diberikan liontin sesuai dengan huruf depan namanya.
Tania
menjadi gadis yang sangat ambisius. Ia ingin menjadi yang terbaik, seperti
janjinya. Tania mencoba membuka kedai kue, merintisnya dengan kepiawaian
manajerialnya. Saat wisuda kelulusan SMA, ia menjadi lulusan yang terbaik.
Danar hadir bersama Ratna. Mendadak pidato yang disusun Tania menjadi kacau.
Karena perasaan cemburunya.
Tania
kaget saat Ratna memberitahunya akan menikah dengan Danar. 3 bulan lagi. Berita
itu terasa sangat menyedihkan, memusnahkan harapan Tania. Inilah yang
membuatnya tidak pulang menghadiri pernikahan lelaki yang dianggapnya malaikat.
Saya mulai gemas, kenapa Tania tidak bilang sebelum-sebelumnya kepada Danar
kalau ia mencintainya? Malah memilih menutup rapat-rapat dan menikmatinya
sendiri. Tere Liye sengaja membuat cerita dengan alur seperti itu. Membiarkan
Tania kesakitan dalam kesibukannya menuju kesuksesannya. Penulis mengarang dengan halus bahwa cinta tidak harus
memiliki. Berbuat baik dan memperbaiki diri. Ah sudahlah, menuliskan ini saja
saya terbawa perasaan. Ahaha
Setelah
Danar dan Ratna menikah ada banyak teka-teki yang ibarat puzzle, Tania perih merangkainya. Dan semakin sakit saat puzzle itu lengkap. Rahasia itu
terungkap. Pola hubungan Danar dan Tania agak ganjil, tidak seperti dulu lagi.
Tania enggan menghubunginya duluan. Lebih memilih menyibukkan dirinya agar lupa
terhadap perasaannya tetapi tidak bisa.
Dede
yang mengetahui cerita yang dibuat oleh Danar di laptopnya. Cerita yang tidak
akan pernah dapat diselesaikan, “cinta di bawah pohon Linden”. Salah satu puzzle yang membuat Tania pening
memikirkannya karena kisah cinta dalam cerita tersebut mengarah padanya. Puzzle berikutnya adalah saat hubungan
Danar dan Ratna menjadi hambar. Ratna justru curhat kepada Tania. Ratna merasa
bahwa Danar tidak pernah mencintainya. Ada seseorang yang menjadi pesaingnya
namun Danar tetap mebisu akan hal itu. Tania semakin perih. Liontin yang
dipakai Tania menjadi puzzle yang
genap membuktikan bahwa wanita yang menjadi pesaing Ratna di hati Danar adalah
Tania. Gadis yang dulunya ditolong oleh Danar dan saat ini berubah menjadi
wanita mandiri dan diakui. Iya, lontin itu istimewa.
Seperti
Tania yang pandai menyimpan rapi perasaannya. Danar pun juga tidak pernah
mengakui bahwa sebenarnya ia memiliki perasaan yang sama terhadap Tania. Ending cerita novel ini menggantung,
memang cinta Tania tidak pernah berlabuh kepada Danar. Meskipun sebagai
pembaca, saya merutuk kepada Danar yang tidak bisa tegas pada cintanya sendiri.
ratna memilih kembali ke Singapura membawa cintanya yang tidak akan pernah
sampai. Meninggalkan malaikat dan kenangannya. Pengen banget ngasih bintang 5
seperti biasanya, tapi endingny bikin
nyebelin. 4 berasa 5 J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you for your coming :)