Judul
: Jiwa Bahagia
Pengarang : Sigit Risat
Halaman : xii
+ 118 halaman
Tahun terbit : cetakan pertama, 2015
Penerbit
: Transmedia
ISBN
: 978-602-1036-23-5
Jiwa…
Adalah diri yang bersemayam dalam tubuh. Tak bisa
terlihat, tetapi bisa dirasakan. Bisa merana, bisa pula bahagia. Ya,
kebahagiaanlah yang dicari oleh manusia. Apapun agama, profesi, jenis kelamin,
atau latar belakang, kita punya kesempatan yang sama untuk bahagia (cover
belakang).
Dari judulnya, pembaca langsung tahu bahwa isi dari buku
tersebut untuk tujuan apa “cara menentramkan dan membahagiakan jiwa”. Buku
dengan cover
putih ini, membawa saya untuk memandang sesuatu dari sudut pandang lain.
Sehingga saat membacanya, berulangkali saya introspeksi diri dan menganggukkan
kepala tanda setuju dengan pemikiran yang dituliskan oleh Sigit Risat.
Di halaman pertama, penulis mengulas tentang ikhlas
menjalani takdir. Pernah nggak membandingkan hidup kita dengan
hidup orang lain? Kenapa mereka mudah mendapatkan sesuatu tetapi kita harus
berjuang mati-matian? Kenapa mereka bahagia melewati hari-hari tetapi kita
dirundung sedih karena masalah tiap hari tidak ada habisnya? Dalam bahasa
Jawanya sawang
sinawang.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini,
semua terjadi karena Tuhan mengizinkan itu terjadi. Jika Tuhan tidak
menginginkan terjadi, tentu tidak akan terjadi (hal 7). Membaca kalimat itu,
saya sadar sepenuhnya bahwa Allah yang mengatur semuanya, tidak kurang satu
apapun. Sebahagia atau sesedih apapun, kita hanya lakon saja. Wajib
menjalaninya dengan baik.
Kita tidak bisa mengubah takdir, tetapi
kita bisa mengubah cara pandang kita pada takdir.
Orang yang mengeluarkan pikiran positif
akan mengaktifkan dunia sekitarnya secara positif dan kembali kepadanya dengan
hasil yang positif (Hal 9). Dal bab yang diberi judul “The Pygmalion Effect,
penulis ingin menyampaikan kepada pembaca untuk selalu berpikir positif ,
karena apa yang dibayangkan di alam pikiran seseorang, secara otomatis akan
bermetamorfosis menjadi perasasan dan tindakan.
Selanjutnya, ayah dari 3 orang putri ini
juga mengupas tentang syukur dan maknanya. Bagaimana rasa syukur dapat
menjadikan jiwa lebih bahagia. Memprovokasi agar pembaca jatuh cinta setiap
hari, karena menurutnya, hal tersebut dapat mebuat jiwa bahagia, termasuk dalam
beribadah. Jika setiap hal dilakukan dengan cinta, maka hal itu akan maksimal.
Setiap bab yang ditulis dalam buku ini
memberikan pengetahuan pembaca bagaimana untuk membuat jiwa lebih bahagia. Dan
menurut saya pribadi, ada bab yang menyentuh saya, yaitu “yang tertinggi
adalah yang terendah”. Penulis menceritakan tentang sosok Charlie Chaplin,
sosok penting pada era film bisu. Dalam bab tersebut juga diceritakan saat
Charli Chaplin mengirimkan surat kepada putrinya yang bernama Geraldine.
“Geraldine, jadilah kau pemeran bintang
namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan
bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah… “ (Hal 64).
Itulah penggalan surat Chaplin untuk
putrinya. Banyak sekali artis yang glamour dengan hingar bingar pujian,
“nampak” bahagia tetapi jiwanya sepi dan kosong. Tidak sedikit dari mereka yang
lari ke narkoba dan bahkan bunuh diri. Apa yang salah dari fenomena itu?
Kecantikan, harta dan pamor telah dimilikinya tapi kenapa masih saja mencari
“kebahagiaan fana” yang lain?
Mengambil quote yang pernah saya
tuliskan di posting sebelumnya, “Semakin mencari, semakin kamu tidak menemukan.
Kadang apa yang kamu butuhkan ada di sekelilingmu. Kamu hanya perlu bilang
“cukup” untuk beberapa hal. Yes, it’s enough! Be thanks full to Allah,
Alhamdulillah.
Dear All, yang sedang butuh buku pencerahan jiwa,
motivasi dan isnpirasi, this book is highly recommended! Setidaknya hati
kita menjadi kaya.
Ciptakan muara bahagiamu
sendiri, yang disaat ada si iri dan si pencaci meludah kepadamu, ragamu mungkin
sakit, tetapi jiwamu tetap utuh :)
Postingan
ini juga saya posted di akun Moeslema
saya disini J